Jakarta – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memperkirakan bahwa permintaan aluminium akan meningkat sampai enam kali lipat dalam tiga dekade mendatang, sejalan dengan perubahan menuju energi yang lebih bersih.

“Dalam perkiraan kami untuk 30 tahun ke depan, kami percaya bahwa permintaan aluminium akan melonjak enam kali lipat dibandingkan saat ini,” ungkap Melati Sarnita, Direktur Pengembangan Bisnis Inalum, di Indonesia Critical Minerals Conference, Jakarta, pada cvtogel hari Rabu.

Melati menjelaskan bahwa kenaikan permintaan ini sejalan dengan usaha global untuk beralih ke energi baru dan terbarukan.

Dia menambahkan bahwa saat membahas perubahan energi, kendaraan listrik sering menjadi topik utama.

“Ketika berbicara soal baterai, sebenarnya 18 persen dari paket baterai untuk kendaraan listrik berasal dari aluminium. Itulah pasar untuk aluminium,” ujar Melati.

Ia menjelaskan bahwa Inalum bukanlah perusahaan yang mengolah bauksit hingga menjadi paket baterai. Perusahaan milik negara ini fokus pada tahap midstream, yaitu menghasilkan aluminium ingot, billet, dan paduan.

Produk yang dihasilkan oleh Inalum nantinya akan diproses oleh perusahaan lain untuk menjadi paket baterai.

“Jadi, Inalum tidak memproduksi komponen tersebut secara langsung. Kami tidak diperkenankan untuk terlibat sampai tahap akhir, itu tidak boleh,” jelasnya.

Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum berfungsi untuk mendukung ekosistem dengan menyediakan bahan baku. Dengan cara ini, Inalum tidak bersaing dengan industri domestik yang fokus memproduksi paket baterai.

“Kami juga tidak ingin bersaing dengan industri nasional. Kami harus menjadi pendukung, kan? ” katanya.

Sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi) selaku Presiden RI menyatakan bahwa kebutuhan aluminium di dalam negeri mencapai 1,2 juta ton, dan 56 persen dari angka tersebut masih berasal dari impor.

Jokowi berharap Inalum dapat memenuhi permintaan lokal melalui smelter bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat.

Terkait rencana pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana memulai groundbreaking untuk megaproyek ekosistem baterai kendaraan listrik pada minggu ketiga bulan Juni 2025. Proyek ini akan mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel, pabrik prekursor-katoda, serta pabrik sel baterai dan paket baterai.

Diperkirakan nilai investasi untuk proyek tersebut berkisar antara 6 hingga 7 miliar dolar AS, atau lebih dari Rp97 hingga 114 triliun, dan akan menciptakan lebih dari 20. 000 lapangan kerja.

You May Also Like

More From Author