Beijing, 15 Oktober 2025 (CVTOGEL)— Upaya China untuk mencapai swasembada pangan semakin menunjukkan hasil nyata. Dengan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dan memperkuat cadangan pangan strategis, negara berpenduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa itu dinilai berperan penting dalam menjaga stabilitas pangan global di tengah ancaman krisis dan perubahan iklim.
Pemerintah China sejak lama menempatkan kemandirian pangan sebagai prioritas nasional. Melalui kebijakan “Red Line” yang menjaga luas lahan pertanian minimal serta penerapan teknologi modern di sektor agrikultur, China berhasil meningkatkan produksi beras, gandum, dan jagung hingga mendekati tingkat swasembada penuh.
Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa produksi pangan nasional meningkat signifikan berkat inovasi varietas unggul dan perluasan sistem irigasi cerdas. “Kontribusi inovasi terhadap peningkatan hasil pangan kini telah mencapai lebih dari 45 persen,” ujar pernyataan resmi kementerian tersebut.
Menjadi Penyangga Stabilitas Pangan Dunia
Keberhasilan China dalam menjaga pasokan pangan domestik memberikan efek positif bagi pasar global. Dengan berkurangnya ketergantungan impor, tekanan terhadap harga komoditas internasional ikut menurun. Cadangan pangan besar yang dimiliki China juga berfungsi sebagai penyangga saat terjadi gangguan pasokan global.
“China saat ini bukan hanya konsumen besar, tetapi juga penstabil utama dalam perdagangan pangan dunia,” kata analis dari lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS). Negara itu juga aktif mendorong kerja sama pertanian lintas batas melalui investasi dan transfer teknologi ke berbagai negara berkembang di Asia dan Afrika.
Tantangan dan Risiko
Meski demikian, sejumlah tantangan masih membayangi ambisi swasembada tersebut. Urbanisasi yang pesat, keterbatasan air, serta dampak perubahan iklim dapat mengancam keberlanjutan produksi pangan di masa depan. Selain itu, ketergantungan China terhadap impor kedelai, minyak nabati, dan benih unggul masih tinggi.
“China mungkin mandiri dalam beras dan gandum, tetapi tetap bergantung pada impor untuk pakan ternak dan bahan industri pangan,” tulis Modern Diplomacy dalam laporannya bulan April lalu.
Dampak bagi Dunia dan Asia Tenggara
Peningkatan kemandirian pangan China dipandang dapat mengurangi volatilitas pasar internasional dan menjaga pasokan pangan global tetap stabil. Namun, para pengamat mengingatkan agar kebijakan proteksionis tidak menimbulkan hambatan perdagangan baru.
Bagi negara lain, terutama di kawasan Asia Tenggara, pengalaman China menjadi pelajaran penting. Fokus pada inovasi teknologi pertanian, efisiensi produksi, dan diversifikasi pasokan dinilai kunci untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
“China menunjukkan bahwa swasembada tidak berarti menutup diri dari dunia, tetapi memperkuat posisi dalam rantai pasok global,” ujar pakar ekonomi pertanian Universitas Peking, Han Yang.
Menuju Sistem Pangan Berkelanjutan
Pemerintah China saat ini tengah menjalankan rencana jangka panjang Plan for Accelerating the Construction of an Agricultural Powerhouse 2024–2035 yang menargetkan modernisasi sistem pertanian dan pengurangan emisi karbon di sektor pangan.
Langkah ini diharapkan tidak hanya menjamin ketahanan pangan nasional, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi sistem pangan global yang lebih stabil dan berkelanjutan.
“Ketahanan pangan dunia tak bisa tercapai tanpa keterlibatan aktif China,” tulis laporan CSIS, menegaskan posisi strategis negara tersebut dalam menghadapi tantangan pangan global di masa depan.